Setelah lama libur menulis dan juga libur mendaki gunung karena
bertepatan dengan bulan puasa, libur lebaran Idul Fitri kemarin saya
kembali menghirup udara segar pegunungan.Pendakian ini istimewa menurut saya, karena keinginan untuk naik gunung bareng keluarga akhirnya terlaksana. Alhamdulillah. Istimewanya karena pendakian ini bareng keluarga sendiri, meskipun bukan
keluarga inti, lebih tepatnya ikut keluarga paman ke gunung. Gunung
yang kami daki adalah gunung Lawu, di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur.Peserta pendakian kali ini adalah Om Napik, Tante Antik, dek Akbar, dek
Icha, dek Kansa, dek Zahra, dan saya sendiri. Minggu malam 20 Juli, kami
ada acara kumpul keluarga besar di sebuah hotel di tepi Telaga Sarangan
, baru pada pagi hari keesokan harinya kami berpisah, dan saya ikut
keluarga paman mendaki ke gunung Lawu, dan kami naik lewat jalur
Cemorosewu. Hari Senin 21 Juli, jam 9.00 WIB kami memulai langkah ini.
Jalan dari basecamp menuju pos 1 treknya masih agak landai, dengan
beberapa variasi tanjakan yang cukup untuk pemanasan pagi itu. Rombongan
kami sengaja meminimalkan untuk banyak berhenti, karena memang trek
yang tidak terlalu berat diawal. Setelah berjalan kira-kira satu jam,
kami sampai pos 1. Disini kami agak lama berhenti karena tante Antik,
dek Kansa, dek Icha, dan dek Zahra nampak kelelahan. Disini kami buka
perbekalan, makan buah dan biskuit macan...hehe. Setelah beristirahat
sekira 30 menit, kami melanjutkan perjalan menuju pos 2. Trek dari pos 1
ke pos 2 menurut banyak orang adalah trek terjauh antar pos dijalur
ini.
Jalur dari pos 1 ke pos 2 sudah agak terjal treknya, dengan variasi
beberapa bonus yang membuat persendian lutut ini overheat. Oh iya, di
sepanjang jalur ini jalur sudah terbuka. Kita bisa melihat gumpalan awan
terasa sejajar dengan kaki kita, dengan matahari yang membakar kepala.
Panjangnya jalur dan teriknya sang surya sukses membuat kami
ngos-ngosan. Apalagi sebagian besar diantara kami baru pertama naik
gunung. Kami sering berhenti untuk sekedar mengambil nafas. Tetapi
meskipun benar-benar menguras tenaga, kami dimanjakan oleh pemandangan
yang sangat menyejukkan mata. Setelah berjalan kurang lebih 2 jam, pukul
12.30 siang kami tiba di pos 2. Dan, di pos 2 ini ada warung yang
menjual makanan dan air minum kebutuhan pendaki. Disini kami leyeh-leyeh
dan memesan makanan di warung ini. Setelah berembug agak lama, kami
memutuskan untuk buka tenda disini, dengan pertimbangan adek-adek dan
tante saya sudah sangat kelelahan. Di pos 2 ini terdapat sebidang tanah
yang dapat digunakan 4 tenda.
Setelah buka tenda, yang kami lakukan disini makan, minum, ngopi,
foto-foto, dan tidur sampai maghrib tiba. Petangnya, sholat maghrib,
makan lagi, dan selepas isya' kami memutuskan untuk tidur, mempersiapkan
summit esok hari.
Selasa 21 Juli, kami bangun jam 5 pagi. Pos 2 ternyata sudah ramai pagi
itu, banyak tenda pendaki yang berdiri disekitar pos. Sebelum
melanjutkan ke puncak, kami sarapan dulu dan minum minuman hangat, biar
kuat..hehehe. Jam 7 tepat, kami mulai berjalan. Trek dari pos 2 ke pos 3
mulai menanjak dengan beberapa trek landai sebagai variasi. Setengah
jalan menuju pos 3, kami mulai terpisah, saya, dek Akbar, dan dek Kansa
jalan di depan, sedangkan yang lain dibelakang. Setelah kurang lebih 45
menit, sampailah kami di pos 3. Pagi itu disana juga banyak tenda
pendaki. Tak lama kami disini, jam 8 kami lanjut menuju pos 4. Trek dari
pos 3 ke pos 4 ini menurut saya adalah trek terberat di jalur
Cemorosewu ini. Tanjakan panjang zigzag, dan jalur berbatu adalah
kombinasi pas untuk membuat lutut terasa ngilu dan dada sesak karena
tipisnya oksigen. Mulai dari pos 3 juga, kami banyak bertemu pendaki
yang akan turun. Meskipun berat, pemandangan di bawah cukup memanjakan
mata, sejenak melupakan beratnya jalur. Pos 3 ke pos 4 ini dapat
ditempuh selama kurang lebih 90 menit. Cuma sebentar di pos 4, kami
lanjut ke pos 5 yang menurut pendaki yang kami temui hanya 15 menit
waktu tempuhnya. Dan memang, langkah kaki ini terasa ringan setelah
menjejak pos 5. Kami tidak berhenti disini, lanjut ke warung Mbok Yem
untuk makan siang. Jam 11 siang, kami sampai di warung legendaris ini,
dan langsung memesan makanan. Setelah puas mengisi energi, kami lanjut
ke puncak. Dari warung Mbok Yem, ambil jalur ke kanan. Waktu tempuh
sekitar 15 menit. Di jalur menuju puncak ini, dek Icha sempat akan
menyerah, terjalnya trek dan terik matahari membuat air matanya jatuh
membasahi tanah. Tapi berkat dorongan dari Om Napik, ayahnya, ia mau
untuk lanjut ke puncak.
Jam 12 siang, kami tiba di puncak, alhamdulillah Ya Allah. Puncak Hargo
Dumilah ramai siang itu. Banyak pendaki yang antri untuk dapat berfoto
di tugu triangulasinya. Pemandangannya, sangat indah. Di timur terlihat
pegunungan Wilis, gunung Arjuno-Welirang, dan Semeru yang tampak samar.
Di barat terlihat gunung, Merapi, Merbabu, dan, Sindoro, Sumbing. 30
menitan di puncak, kami memutuskan turun. Perjalan turun dari puncak ke
pos 2 kami tempuh sekitar 90 menit. Sampai pos 2, kami bongkar tenda dan
melanjutkan turun ke basecamp Cemorosewu. Saat turun adalah perjuangan
tersendiri. Jalur berbatu membuat lutut ini gampang sekali gemetar,
namun kami tetap jalan karena akan sangat sakit justru kalau banyak
berhenti. Jam 4.30 sore, sampailah kami di gerbang Cemorosewu, sungguh
perjuangan yang berat selama 2 hari 1 malam di gunung Lawu. Rasa lelah
seolah terbayar setelah bertemu kembali dengan peradaban. Dari sini kami
makan sate kelinci di dekat basecamp Cemorosewu, sebelum lanjut
perjalanan pulang ke Ponorogo.
Thank's to :
Allah SWT
Keluarga besar Mulyono HW
Bapak dan Ibu
Om Napik dan tante Antik