Monday 30 November 2015

(Catper) Pendakian Keluarga Edisi Lebaran

Setelah lama libur menulis dan juga libur mendaki gunung karena bertepatan dengan bulan puasa, libur lebaran Idul Fitri kemarin saya kembali menghirup udara segar pegunungan.Pendakian ini istimewa menurut saya, karena keinginan untuk naik gunung bareng keluarga akhirnya terlaksana. Alhamdulillah. Istimewanya karena pendakian ini bareng keluarga sendiri, meskipun bukan keluarga inti, lebih tepatnya ikut keluarga paman ke gunung. Gunung yang kami daki adalah gunung Lawu, di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.Peserta pendakian kali ini adalah Om Napik, Tante Antik, dek Akbar, dek Icha, dek Kansa, dek Zahra, dan saya sendiri. Minggu malam 20 Juli, kami ada acara kumpul keluarga besar di sebuah hotel di tepi Telaga Sarangan , baru pada pagi hari keesokan harinya kami berpisah, dan saya ikut keluarga paman mendaki ke gunung Lawu, dan kami naik lewat jalur Cemorosewu. Hari Senin 21 Juli, jam 9.00 WIB kami memulai langkah ini. Jalan dari basecamp menuju pos 1 treknya masih agak landai, dengan beberapa variasi tanjakan yang cukup untuk pemanasan pagi itu. Rombongan kami sengaja meminimalkan untuk banyak berhenti, karena memang trek yang tidak terlalu berat diawal. Setelah berjalan kira-kira satu jam, kami sampai pos 1. Disini kami agak lama berhenti karena tante Antik, dek Kansa, dek Icha, dan dek Zahra nampak kelelahan. Disini kami buka perbekalan, makan buah dan biskuit macan...hehe. Setelah beristirahat sekira 30 menit, kami melanjutkan perjalan menuju pos 2. Trek dari pos 1 ke pos 2 menurut banyak orang adalah trek terjauh antar pos dijalur ini.

 Jalur dari pos 1 ke pos 2 sudah agak terjal treknya, dengan variasi beberapa bonus yang membuat persendian lutut ini overheat. Oh iya, di sepanjang jalur ini jalur sudah terbuka. Kita bisa melihat gumpalan awan terasa sejajar dengan kaki kita, dengan matahari yang membakar kepala. Panjangnya jalur dan teriknya sang surya sukses membuat kami ngos-ngosan. Apalagi sebagian besar diantara kami baru pertama naik gunung. Kami sering berhenti untuk sekedar mengambil nafas. Tetapi meskipun benar-benar menguras tenaga, kami dimanjakan oleh pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Setelah berjalan kurang lebih 2 jam, pukul 12.30 siang kami tiba di pos 2. Dan, di pos 2 ini ada warung yang menjual makanan dan air minum kebutuhan pendaki. Disini kami leyeh-leyeh dan memesan makanan di warung ini. Setelah berembug agak lama, kami memutuskan untuk buka tenda disini, dengan pertimbangan adek-adek dan tante saya sudah sangat kelelahan. Di pos 2 ini terdapat sebidang tanah yang dapat digunakan 4 tenda.

 Setelah buka tenda, yang kami lakukan disini makan, minum, ngopi, foto-foto, dan tidur sampai maghrib tiba. Petangnya, sholat maghrib, makan lagi, dan selepas isya' kami memutuskan untuk tidur, mempersiapkan summit esok hari.

Selasa 21 Juli, kami bangun jam 5 pagi. Pos 2 ternyata sudah ramai pagi itu, banyak tenda pendaki yang berdiri disekitar pos. Sebelum melanjutkan ke puncak, kami sarapan dulu dan minum minuman hangat, biar kuat..hehehe. Jam 7 tepat, kami mulai berjalan. Trek dari pos 2 ke pos 3 mulai menanjak dengan beberapa trek landai sebagai variasi. Setengah jalan menuju pos 3, kami mulai terpisah, saya, dek Akbar, dan dek Kansa jalan di depan, sedangkan yang lain dibelakang. Setelah kurang lebih 45 menit, sampailah kami di pos 3. Pagi itu disana juga banyak tenda pendaki. Tak lama kami disini, jam 8 kami lanjut menuju pos 4. Trek dari pos 3 ke pos 4 ini menurut saya adalah trek terberat di jalur Cemorosewu ini. Tanjakan panjang zigzag, dan jalur berbatu adalah kombinasi pas untuk membuat lutut terasa ngilu dan dada sesak karena tipisnya oksigen. Mulai dari pos 3 juga, kami banyak bertemu pendaki yang akan turun. Meskipun berat, pemandangan di bawah cukup memanjakan mata, sejenak melupakan beratnya jalur. Pos 3 ke pos 4 ini dapat ditempuh selama kurang lebih 90 menit. Cuma sebentar di pos 4, kami lanjut ke pos 5 yang menurut pendaki yang kami temui hanya 15 menit waktu tempuhnya. Dan memang, langkah kaki ini terasa ringan setelah menjejak pos 5. Kami tidak berhenti disini, lanjut ke warung Mbok Yem untuk makan siang. Jam 11 siang, kami sampai di warung legendaris ini, dan langsung memesan makanan. Setelah puas mengisi energi, kami lanjut ke puncak. Dari warung Mbok Yem, ambil jalur ke kanan. Waktu tempuh sekitar 15 menit. Di jalur menuju puncak ini, dek Icha sempat akan menyerah, terjalnya trek dan terik matahari membuat air matanya jatuh membasahi tanah. Tapi berkat dorongan dari Om Napik, ayahnya, ia mau untuk lanjut ke puncak.

Jam 12 siang, kami tiba di puncak, alhamdulillah Ya Allah. Puncak Hargo Dumilah ramai siang itu. Banyak pendaki yang antri untuk dapat berfoto di tugu triangulasinya. Pemandangannya, sangat indah. Di timur terlihat pegunungan Wilis, gunung Arjuno-Welirang, dan Semeru yang tampak samar. Di barat terlihat gunung, Merapi, Merbabu, dan, Sindoro, Sumbing. 30 menitan di puncak, kami memutuskan turun. Perjalan turun dari puncak ke pos 2 kami tempuh sekitar 90 menit. Sampai pos 2, kami bongkar tenda dan melanjutkan turun ke basecamp Cemorosewu. Saat turun adalah perjuangan tersendiri. Jalur berbatu membuat lutut ini gampang sekali gemetar, namun kami tetap jalan karena akan sangat sakit justru kalau banyak berhenti. Jam 4.30 sore, sampailah kami di gerbang Cemorosewu, sungguh perjuangan yang berat selama 2 hari 1 malam di gunung Lawu. Rasa lelah seolah terbayar setelah bertemu kembali dengan peradaban. Dari sini kami makan sate kelinci di dekat basecamp Cemorosewu, sebelum lanjut perjalanan pulang ke Ponorogo.

Thank's to :
Allah SWT
Keluarga besar Mulyono HW
Bapak dan Ibu
Om Napik dan tante Antik





No comments:

Post a Comment